Sabtu, 25 Oktober 2014

AYAH



Ku pastikan aku jarang bertemu ayah dibandingkan ibu, lantaran ayah bekerja diluar rumah dan pulang ketika kami sudah bersama-sama letih untuk berbicara satu sama lainnya tapi aku percaya. Mungkin ibu yang lebih kerap menelpon ku untuk menanyakan keadaan ku setiap hari tapi aku tau sebenarnya ayah lah yang mengingatkan ibu untuk menanyakan ku. Semasa kecil ibulah yang lebih sering menggendung ku tapi aku tau ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih. Ayah lah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan seharian ini walau beliau tak bertanya langsung kepada ku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihat ku terlalu lelap dalam tidur nyenyak ku. Ku tau ia kecup keningku dalam tidurku. Saat aku demam ayah membentak ku “Sudah di beri tahu jangan minum es” lantas aku aku merengguk menjauhi ayah ku dan menangis didepan ibu ku tapi aku tau ayahlah yang selalu risau dengan keadaan ku sampai beliau hanya bisa menggigit bibir sambil menahan pahitnya kesakitan ku. Ketika remaja aku meminta keluar malam, ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh” sadar ayah ku hanya ingin menjagaku karena beliau lebih tahu apa yang ada diluar karena bagi ayah “Aku adalah sesuatu yang sangat berharga”. Saat aku sudah dipercaya olehnya ayah pun melonggarkan peraturannya maka kadang aku pun melonggarkan kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu diruang tamu dengan rasa sangat risau bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa teman ku untuk menanyakan keadaan ku dimana dan sedang apa diluar. Setelah dewasa, walau ibu yang mengantar ku untuk belajar tapi aku tau ayah lah yang berkata “Bu temani anak kita, Aku akan pergi bekerja mencari nafkah untuk kita bersama”. Disaat aku merengek memerlukan ini itu untuk keperluan kuliah ku ayah hanya mengerutkan dahi tanpa menolak, beliau memenuhinya  dan Cuma berpikir kemana aku harus mencari uang tambahan padahal gaji ku paspasan dan sudah tidak ada lagi tempat meminjam. Saat aku Berjaya ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untuk ku, ayahlah yang mengabari sanak saudaranya “Anak ku sekarang sudah sukses”. Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan do’a ibu Cuma bedanya ayah simpan do’anya itu di dalam hatinya. Sampai ketika aku menemukan jodohku ayah sangat berhati-hati untuk mengizinkan nya dan akhirnya saat ayah duduk melihatku di atas pelaminan bersama pasangan ku ayah pun tersenyum bahagia lantas aku menenguk ayah sempat pergi kebelakang dan menangis, ayah menangis karena sangat bahagia dan beliau berdo’a “Ya tuhan tugas ku telah selesai, bahagiakan lah putra-putri ku dengan pasangannya” ku akhiri tulisan ku ini dengan sebuah bait lagu untuk ayah ku tercinta aku ingin bernyanyi dengan air mata di pipiku ayah “Aku ingin berjumpa dengan mu walau hanya dalam mimpi”

#ILK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar